Total Tayangan Halaman

Minggu, 08 Mei 2011

Petanda Akhir Zaman: Syahidnya Usamah Bin Ladin, Zionisme Kristen, Dan Apokaliptisisme Amerika




Obama berkata dalam pidatonya : “Kami membunuh Osama, bukan untuk memerangi Islam. Tapi kami memerangi Osama demi perdamaian dunia Islam”

Kata-kata itu betul-betul menyentak saya ketika diucapkan Obama pasca syahidnya Usamah Bin Ladin. Orang Islam mana yang mau dibohongi Obama atas kekejamannya selama ini dengan dalih perang melawan Al Qaidah adalah sebuah itikad menuju sebuah tata kemanusiaan. Tata kemanusiaan versi siapa? Tata kemanusiaan versi Amerika.

Kita tidak bisa memisahkan antara ucapan Obama dan semangat teokrasi Dajjalis ala bangsa sombong itu. Karena teologi dan kepentingan adalah dua sisi mata uang yang selalu dikorbankan Amerika lewat semangat Perang Salibnya.

Tentu kita masih ingat pada tanggal 16 September tahun 2001, ketika George Bush terang-terangan menyatakan bahwa perang melawan Usamah Bin Ladin adalah bentuk perang salib jilid II, “This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time.“ Ini adalah perang salib. Ini adalah perang melawan terorisme yang akan memakan waktu lama.” Ucap Bush kala itu.

Robert Fisk, selaku Jurnalis senior The Independent London dan ahli masalah Timur Tengah langsung mengomentari pernyataan Bush dengan mengatakan, “Nampaknya Presiden Bush benar-benar yakin bahwa dia tengah memimpin Perang Salib. Beberapa hari yang lalu dia menggunakan istilah ini meskipun dia telah diingatkan.”

Syekh Usamah bin Ladin pun turut berujar, beliau menyatakan, “Bukankah Bush telah mengatakan sesungguhnya perang ini adalah perang salib. Dan bukankah ia juga mengatakan sesungguhnya perang ini akan memakan waktu yang sangat lama dan menargetkan 60 negara. Bukankah negara-negara Islam itu kurang lebih 60 negara?”.

Dan semangat Bush itu kini tengah diulangi Obama. Usamah hanyalah martir, batu loncatan, dan jembatan untuk menunggu nubuah Yeremia: Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Zion!

Zionisme Kristen dan Apokaliptisisme Amerika

Kevin Philips, dalam American Theocracy: The Peril and Politics of Radical Religion, Oil, and Borrowed Money in the 21st Century, seperti dikutip Profesor Abdul Hadi, menilai ada pengaruh fundamentalis Kristen yang radikal dalam pemerintahan Bush. Motif serbuan AS terhadap Negara-negara Timur Tengah tidak hanya disebabkan keinginan menguasai minyak dunia. Motif lain yang tersembunyi bersifat keagamaan, yaitu keinginan untuk mewujudkan “impian apokaliptik” yang melekat dalam dogma Kristen fundamentalis.

Apokaliptik sendiri adalah penyingkapan terhadap teks wahyu mengenai tanda-tanda akhir zaman berupa kejadian-kejadian dahsyat dan kerusakan besar disebabkan ulah Sang Perusak yang disebut Antichrist (orang Islam menyebutnya Dajjal). Untuk menyelamatkan umatnya yang beriman Isa Almasih akan turun dan memulihkan kembali kerajaan Tuhan di muka bumi dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Obama adalah seorang Kristen Zionis yang begitu taat sekaligus cerdas. Semangat misi zionis dalam jiwanya banyak tertuang dalam caranya membangkitkan militansi perang salib di tubuh pasukannya.

Kita masih ingat, Obama pernah mengatakan kepada Veteran Perang di tahun 2009 bahwa Amerika Serikat tidak memilih untuk bertempur di Afghanistan, tetapi terpaksa untuk menyerang negara itu untuk menghentikan serangan seperti 11 Spetember di masa depan.

Dengan semangat menggebu-gebu ia meyakinkan bahwa pemberontakan di Afghanistan tidak terjadi dalam semalam dan tidak akan dikalahkan dalam semalam. Seain itu, Obama juga memperingatkan warga Amerika bahwa pertempuran tidak akan berlangsung cepat atau mudah.

Arie De Kuper, dalam bukunya, “Mulai Dari Musa Dan Segala Nabi”, menilai Apokaliptisisme Fundamentalis Kristen dengan mentalitas pengusungan Negara Modern Israel adalah model Zionisme Kristen. Dan menariknya menurut De Kuper, semangat masuknya Zionisme Kristen di Amerika bersamaan dengan teologi Armagedon atau perang di akhir zaman dalam doktrin bible.



Sedangkan Pdt. Ioanes Rakhmat menilai bahwa berdirinya Negara Israel Modern pada 1948 dipandang kalangan Kristen Zionis sebagai sebetik berita profetis terbesar dalam abad ke-20, suatu kabar tentang pemenuhan terpenting dari nubuat Kitab Suci, antara lain Yeremia 3:14, 18:

“kembalilah, hai anak-anak murtad! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Zion … pada masa itu kaum Yehuda akan pergi kepada kaum Israel, dan mereka akan datang bersama-sama dari negeri utara ke negeri yang telah Kubagikan kepada nenek moyangmu menjadi milik pusaka.”

Oleh karenanya, ketika Israel memenangan Perang Enam Hari melawan Mesir, Yordania, dan Suriah, Nelson Bell, yang pada waktu itu menjadi editor majalah Christianity Today, menyuarakan perasaan-perasaan banyak orang Kristen evangelikal Amerika pada waktu itu.

Di dalam editorial majalah itu, Bell menulis, “untuk pertama kalinya di dalam kurun waktu lebih dari 2000 tahun Yerusalem kini sepenuhnya berada kembali dalam kekuasaan orang-orang Yahudi; dan fakta ini memberikan suatu kepercayaan yang dibarui dan tergairahkan kepada setiap orang yang mempelajari Alkitab bahwa Alkitab itu benar dan sah.”

Bayangkan, Perang Enam Hari itu dilegitimasi dengan penjelasan teologis oleh Zionis Kristen, ketika mereka menyatakan bahwa Allah ingin memberikan kepada umat-Nya bagian dari tanah yang tidak mereka terima pada tahun 1948. Hasil dari Perang Enam Hari adalah bahwa Yudea dan Samaria, dan Kota Lama Yerusalem, ibu kota kerajaan Daud, dikembalikan kepada pemilik semula.

Syahidnya Usamah Bin Ladin adalah satu tahap awal untuk membunuh para Ulama lainnya atas militansi perang Salib antara Zionisme Kristen yang didukung Israel melawan Islam. Ingat kita sudah berada di akhir zaman. Bukan saja dunia Islam yang merasakannya, termasuk Kristen dan Yahudi. Dan Obama betul-betul menemukan momentum pasnya untuk melebarkan sayap Zionisme seperti terlihat dalam antusiasme masyarakat pasca syahidnya Usamah.

Bayangkan kita sudah tidak bisa membedakan mana masyarakat sipil mana pemerintah AS, mereka semua turun ke jalan membunyikan mobil, menyalakan motor, menyetel Televisi siang malam dan menyebarkannya seluruh dunia, seakan akan mereka akan menyambut Sang Mata Satu turn ke bumi.

Dan mereka tampaknya serius menyambut momentum itu lewat Film 2012, Core, The Day After Tomorrow, Armageddon, The End of Evangelion, The Road Warrior. Di lagu mereka menulis Last Day on Earth (Duran Duran), Progenies of the Great Apocalypse (Dimnu Borgir) dan King of the World (Steely Dan).



Dan di Novel atau fiksi mereka mengangkat serial Left Behind (Tim LaHaye dan Jerry B. Jenkins), Its Only Temporary (Eric Shapiro) dan Survivors (Zion Ben-Jonah). Selamat Datang Di Akhir Zaman!

Kamis, 05 Mei 2011


Rabu dinihari (4/4), sejumlah jamaah yang sedang bermalam di Masjid Al-Ikhlas yang berlokasi di jalan Timor Medan Sumut ini begitu panik. Pasalnya, jamaah yang berjumlah sekitar 18 orang ini tiba-tiba disergap oleh sejumlah orang yang kuat dan lebih banyak. Mereka pun dibawa ke Mapolresta Medan. Saat itulah, mereka sadar kalau penyergap mereka merupakan personil aparat keamanan. Pagi itu juga, mereka menyaksikan kalau Masjid Al-Ikhlas sudah rata dengan tanah.

Kejadian ini disikapi keras oleh Forum Umat Islam atau FUI Kota Medan. "Kami mengutuk keras pembongkaran masjid dan penyekapan 18 orang jamaah di Jalan Timor Medan yang dilakukan dengan cara kurang manusiawi," ucap Ketua II FUI sumut, Afan Lubis dikantor FUI Jalan Brigjen katamso. Rabu (4/5).

Peristiwa ini merupakan kelanjutan dari adanya rencana pembongkaran masjid oleh Kodam I Bukit Barisan yang didengar oleh FUI Medan. Hal ini diperkuat dengan keberadaan tiga truk personil Brimob yang berada di sekitar masjid pada Selasa (3/4). Rencana pembongkaran ini dilakukan karena tanah tersebut diklaim sebagai milik TNI Kodam I Bukit Barisan.

Sebelumnya, FUI Kota Medan yang diwakili Ketua I Bidang Hukum dan Pengerahan Massa Forum Umat Islam (FUI) Sumatera Utara Indra Suheri mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Medan terkait rencana pembongkaran Mesjid Al-Ikhlas. Gugatan itu telah didaftarkan di PN Medan dengan nomor register 220/Pdt.G/2011/PN-Mdn tertanggal 28 April 2011 melalui Tim Pembela Mesjid yang berjumlah 44 orang.

Selain itu, pihaknya juga berupaya mencegah pembongkaran Mesjid Al-Ikhlas dengan mengadukan kasus itu ke Pemprov dan DPRD Sumut, Pemkot, DPRD dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan.

Kepada sejumlah media, pihak TNI yang diwakili Kasdam I/Bukit Barisan Kolonel Arm Broto Guncahyo menjelaskan, mesjid yang dibangun sejak tahun 1975 merupakan milik Detasemen Perhubungan Kodam (Denhubdam) yang markasnya telah berpindah ke kawasan Namurambe, Kabupaten Deli Serdang.

Ketika awal berdiri pada tahun 1975, Masjid Al-Ikhlas merupakan sebuah mushola yang dibangun untuk proses pembinaan mental di jajaran prajurit Denhubdam. Namun seiring perjalanan waktu, musholla itu diperbesar dan menjadi sebuah mesjid dan jamaahnya bukan hanya prajurit Denhubdam, tetapi juga masyarakat sekitar.

Pihak TNI tersebut juga menjelaskan kalau bekas areal markas Denhubdam yang berada di Jalan Timor di mana masjid Al-Ikhlas itu berada telah diruislag ke PT Gandareksa Mulya dengan opsi pengosongan lahan untuk menjadi lokasi pembangunan. Termasuk, bangunan masjid Al-Ikhlas. Proses ruislag itu telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, Mabes TNI-AD dan Kementerian Keuangan.

Namun begitu, pihak FUI masih belum puas dengan penyelesaian kasus yang dilakukan pihak TNI dengan melakukan pembongkaran padahal proses hukumnya masih berjalan.

Kendatipun Mesjid telah dirobohkan, mereka berencana tetap akan menggelar Shalat Jumat di lokasi tanah mesjid tersebut. Hal itu dikatakan Ketua FUI Sumut, Heriansyah SAg didampingi Sekum FUI Sumut, Leo Imsar Adnan serta beberapa pengurus Ormas Islam Lainnya, Rabu (4/5/2011) di Jalan Brigjend Katamso.

"Kami menghimbau pada umat Islam, khususnya yang berada di Kota Medan agar turut bersama-sama Shalat Jumat di Mesjid Al-Ikhlas. Hal ini kita lakukan sebagai bentuk keberatan dengan pembongkaran yang terjadi," ujar Heriansyah.

Heriansyah mengharapkan muncul gerakan iman kaum muslimin di Kota Medan untuk mempertahankan keberadaan Mesjid Al-Ikhlas. Usai Shalat Jumat, tambah Heri, massa akan bergerak ke Kantor DPRD Sumut. "Kita mau sampaikan aksi protes disana. Jumlah massa diperkirakan mencapai 500 sampai 700 orang," ujarnya. mh/rn